Kamis, 09 Desember 2010

KANGEN MOTRET

Well, saya suka foto, haha, termasuk memotret, apalagi dipotret.. :D :D :D

Buanyaakkk banget foto-foto keren yang pernah saya lihat. Dan semuanya menginspirasi saya buat bikin foto yang nggak kalah oke. Nggaaaakk, saya nggak jago motret. Nggak ngerti-ngerti banget soal teknis penggunaan kamera juga.. *dosen fotografi dan jurnalisme foto saya bisa kecewa berat kalo tau saya sering meleng pas mereka ngejelasin teknis kamera.. huu hu, maafkaaaan.. :(

Pertama kalinya saya benar-benar serius megang kamera DSLR (baca: mau nyoba pakai setting manual) adalah pas jobtraining media massa cetak di koran harian Radar Tasikmalaya awal tahun ini. Itu pun nggak langsung dipercaya buat pakai kamera kantor. Saya di-"tes" dulu pakai kamera punya salah satu wartawan senior di sana, Kang Usep. Baru dikasih kamera kantor setelah mereka yakin saya bisa pegang kamera (maksudnya benar-benar cuma pegang alias pegangan saya cukup kuat jadi kecil kemungkinan saya ngejatuhin kamera kantor dan bikin dia rusak, xixixixii..)

Sekadar informasi tambahan aja nih, biar nggak pada bingung apa itu jobtraining. Di jurusan tempat saya numpang menimba ilmu, saya diwajibkan melakukan praktik lapangan dua kali, satu di media massa cetak seperti koran, majalah, dll, dan satu lagi di media massa elektronik seperti TV dan radio. Saya nggak berperan jadi orang keren atau cantik yang kerjanya di dalam ruangan, tapi saya jadi wartawan a.k.a jurnalis a.k.a kuli tinta. Oke, lanjuuutt.....

Nah ini foto pertama saya yang jadi foto headline di halaman Metropolis, tentang guru-guru yang berebutan pas pembagian sertifikat sertifikasi:
tak kenal antre
Karena saya pendek dan disikut kiri-kanan, jadi mesti jinjit dan ngangkat kamera setinggi yang tangan saya bisa, hehehehee.. sama sekali nggak kepikiran naik tangga, padahal ada tangga di belakang saya.. *amatir :p

Bulan Februari 2010 saya ditugaskan di halaman Persibholic. Jadilah saya--yang masih bingung gimana caranya motret malam-malam tanpa blitz--harus naik ke panggung demi mengabadikan momen ini, pas saya meliput acara nobar pertandingan Persib:

pekik memekik bobotoh
Kalau yang ini pas saya liputan soal sampah di pintu air bendungan Cimulu:


menghitung sampah
Nah, lagi-lagi kebagian motret di tempat gelap. Nggak boleh pake blitz kalau motret pertunjukan teater. Jadilah saya kalang-kabut belajar kilat soal shutter speed dan bukaan kamera via sms dari Kang Arip, ahahahaaa... something I should have known long ago.. soooo embarassing.. :p
Ini hasilnyaa :D :D :D

kekasih gelap
Setelah kejadian di teater itu saya jadi makin gila belajar soal kamera. Untungnya wartawan-wartawan senior di sana pada jago motret dan baik, hahahaa, mau sabar ngajarin saya yang butek banget motretnya. Nggak tahan kali ya liat hasil motret saya yang seadanya.. :p

Makanya, kali ini saya bereksperimen dengan over exposure alias cahaya yang berlebih, hehe.. Motret yang satu ini saya mesti berlutut dan mbungkuk2 supaya bisa dapat low angle, padahal lapangan becek gara-gara air hujan. Akhirnya lutut celana jeans saya menerima tambahan warna cokelat lumpur sepanjang sisa hari itu. Cekidooott:

piala dari langit
Kalau dua foto yang ini adalah hasil eksperimen saya dengan kontras warna daaaan fokus kamera, ehhehee..

bersembunyi dalam kaca
terkurung kendali hierarki
Yang dua terakhir ini diambil bukan pakai SLR, tapi pakai kamera hp. Hiks.. Jadi saya hanya bisa ngoprek angle dan warna (warna mah di-edit belakangan :D).. Ini, orang-orang gila dari Rumah Orang Gila Keris Nangtung:

di balik tirai tiplek, aku tersenyum
bukan terpidana
Sebenarnya nggak niat mem-publish foto-foto ini di blog. Cuma keingetan aja gimana asyiknya benar-benar megang kamera DSLR gara-gara temen kosan saya si Tyas Mirasih, hehe kidding, Tyas ajah namanya, lagi praktik fotografi dan bawa DSLR ke kosan. Huu hu, kangen motret. Tapi beneran deh, setelah lebih dari setengah taun nggak megang kamera lagi, saya lupa apa yang diajarin sama dosen pas kuliah dan senior pas jobtraining dulu... Huwaaa.. :((


Tidak ada komentar: